This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

@bangkuta socius

Selasa, 24 Januari 2012

sekedar Info


Menurunkan angka kematian ibu dan anak dan meningkatkan taraf hidup sehat demi mewujudkan Indonesia sehat.
1.    Menurunkan Angka kematian Ibu

Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi yang sangat dahsyat. Masyarakat menjadi makin urban dan modern. Kalau tigapuluh tahun yang lalu masyarakat urban baru mencapai sekitar 20 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dewasa ini sudah mendekati 50 persen. Namun, Indonesia masih sangat terkenal dengan sebutan Negara dengan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan paling tinggi di dunia. Salah satu sebabnya adalah karena masyarakat masih miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Tingkah laku masyarakat umumnya dicerminkan oleh keadaan sumber daya manusia yang rendah mutunya itu.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu.

Statistik
Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI)
Tahun 1994-2015
(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)
 


Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia.

·         Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai  kejang-kejang,aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.


Grafik Penyebab kematian Ibu

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen) , anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang  merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persensampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca  persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.(WHO).

Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11persen).

·         Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 % persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bias berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain.



2.   Menurunkan Angka kematian anak.

Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia berhasil menurunkan angka kematian bayi dan balita secara signifikan. Pada 1960, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih mencapai 128 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989. Pada 1990-an angka kematian bayi terus menurun. Pada 1992, AKB 57 per 1.000 kelahiran hidup, lalu menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada 1995. Pada 1990-an, rata-rata penurunan 5% per tahun, sedikit lebih tinggi daripada periode 1980-an sebesar 4% per tahun. Pada 2000, angka kematian bayi menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup dan turun lagi menjadi 25 pada 2006.Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. Masih 4,6 kali lebih tinggi daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi daripada Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi daripada Thailand. Angka kematian balita (AKBA) juga mengalami penurunan yang sangat berarti. Pada periode 1960-2000, angka kematian balita mengalami penurunan mencapai 79%. Jika pada 1960 angka kematian balita masih sangat tinggi, yaitu 216 per 1.000 kelahiran hidup, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada 2000. Rata-rata penurunan AKBA pada 1990-an adalah 7% per tahun, lebih tinggi daripada periode sebelumnya, yaitu 4% per tahun. Pada 2000, Indonesia telah melampaui target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup.

Untuk mencapai penurunan AKB di atas, terdapat 4 strategi utama yaitu:
1.    meningkatkan akses pelayanan. kesehatan yang berkualitas,
2.    meningkatkan pemberdayaan masyarakat
3.    meningkatkan pembiayaan kesehatan masyarakat.
4.    Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan

Sebenarnya sejak dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal profesi untuk membantu persalinan, yaitu dukun beranak. Dukun beranak bisa dijadikan mitra bidan dalam menangani persalinan. Yang diperlukan adalah melatih agar dukun-dukun beranak itu menjadi tahu perkembangan modern penanganan persalinan. Tenaga-tenaga medis itu sangat diperlukan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan penurunan angka fertilitas (TFR) serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat, salah satu upaya pemerintah adalah pendekatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB kepada masyarakat melalui penempatan-penempatan bidan di kota dan di desa. Bidan merupakan tenaga profesional yang dididik dan disiapkan untuk pelayanan kebidanan, kesehatan bayi dan anak serta keluarga berencana.


Untuk mencapai sukses yang diharapkan perlu dilakukan sekmentasi yang teliti. Prioritas sasaran perlu diberikan kepada setiap daerah untuk pegangan sebagai daerah konsentrasi. Sasaran pokok yang harus diambil dari peta sasaran itu adalah ibu-ibu yang tinggal didaerah sebagai berikut :
·         Daerah padat penduduk dengan tingkat kelahiran yang tinggi
·         Daerah miskin padat penduduk
·         Daerah padat pasangan usia subur muda
·         Daerah dengan tempat dan fasilitas pelayanan rendah
·         Daerah padat dengan sdm dalam bidang medis yang rendah
·         Daerah padat dengan komitmen yang rendah
Pendekatan sasaran itu harus menghasilkan suatu upaya dengan komitmen dan perhatian
yang berkelanjutan.

·         Meningkatkan Taraf hidup sehat

Hidup sehat ѕааt іnі tіdаk hаnуа ѕеbаgаі kebutuhan, tеtарі tеlаh mеnјаdі gaya hidup. Kіtа tahu, kesehatan adalah ѕаlаh satu faktor penting dаlаm hidup manusia. Ancaman penyakit kritis уаng semakin besar dаn biaya kesehatan уаng semakin melambung аkhіr-аkhіr іnі menegaskan pentingnya pola hidup sehat уаng harus kіtа jalankan. Pola hidup sehat seakan tіdаk bisa ditawar lagi.
Fakta menurut 2011 Global Medical Trends Survey Report dаrі Tower Watson menyatakan bаhwа biaya kesehatan mengalami kenaikan antara 10 persen – 13 persen ѕеtіар tаhυn dаlаm dua tаhυn terakhir.
Pola Hidup Sehat dapat dimulai dеngаn menghindari stress dаn selalu berpikir positif. Pola hidup tersebut setidaknya dapat mengantisipasi dаn melindungi kіtа dаrі risiko kesehatan уаng mυngkіn timbul. Hidup Sehat ѕеbаgаі gaya hidup sangat ditentukan οlеh cara pandang, tυјυаn ѕеrtа keinginan ѕеtіар individu
                              
Khusus dі Indonesia, survei уаng dilakukan tеrhаdар 750 οrаng dewasa раdа usia 18-65 tаhυn. kontribusi pola hidup sehat sangat dipengaruhi οlеh 1) Pikiran уаng gembira, 2) Hubungan keluarga уаng baik, 3) Makan makanan sehat dаn 4) Olahraga ѕесаrа teratur.
anak-ibu.jpgDаlаm kaitan dеngаn kebiasaan hidup sehat, pola уаng selama іnі ada υntυk hidup sehat masih berkisar seputar ”bаnуаk minum air putih” dаn ”makan lebih bаnуаk buah dаn sayur”. Olеh kаrеnа іtυ, diperlukan upaya -upaya уаng lebih nyata υntυk meningkatkan taraf hidup sehat іnі,adapun hal-hal yang harus di lakukan dalam meningkatkan taraf hidup sehat adalah :
1.    Berpola pikir yang sehat.
2.    Menjalin hubungan social yang baik itu dalam keluarga maupun dengan masyarakat pada umumnya.
3.    Mengkomsumsi makanan secara teratur,bersih,proporsional dan sesuai standar kesehatan yaitu 4 sehat 5 sempurna.
4.    Olahraga secara rutin dan teratur.
5.    Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar
6.    Tidak mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk tidak di konsumsi.
7.    Selalu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan baik itu untuk diri sendiri,istri (bagi para suami), dan anak (bagi para orang tua)

 Menurunkan angka kematian ibu dan anak dan meningkatkan taraf hidup sehat demi mewujudkan Indonesia sehat.
1.    Menurunkan Angka kematian Ibu

Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi yang sangat dahsyat. Masyarakat menjadi makin urban dan modern. Kalau tigapuluh tahun yang lalu masyarakat urban baru mencapai sekitar 20 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dewasa ini sudah mendekati 50 persen. Namun, Indonesia masih sangat terkenal dengan sebutan Negara dengan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan paling tinggi di dunia. Salah satu sebabnya adalah karena masyarakat masih miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Tingkah laku masyarakat umumnya dicerminkan oleh keadaan sumber daya manusia yang rendah mutunya itu.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu.

Statistik
Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI)
Tahun 1994-2015
(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)
 


Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia.

·         Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai  kejang-kejang,aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.


Grafik Penyebab kematian Ibu

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen) , anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang  merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persensampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca  persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.(WHO).

Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11persen).

·         Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 % persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bias berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain.



2.   Menurunkan Angka kematian anak.

Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia berhasil menurunkan angka kematian bayi dan balita secara signifikan. Pada 1960, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih mencapai 128 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989. Pada 1990-an angka kematian bayi terus menurun. Pada 1992, AKB 57 per 1.000 kelahiran hidup, lalu menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada 1995. Pada 1990-an, rata-rata penurunan 5% per tahun, sedikit lebih tinggi daripada periode 1980-an sebesar 4% per tahun. Pada 2000, angka kematian bayi menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup dan turun lagi menjadi 25 pada 2006.Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. Masih 4,6 kali lebih tinggi daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi daripada Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi daripada Thailand. Angka kematian balita (AKBA) juga mengalami penurunan yang sangat berarti. Pada periode 1960-2000, angka kematian balita mengalami penurunan mencapai 79%. Jika pada 1960 angka kematian balita masih sangat tinggi, yaitu 216 per 1.000 kelahiran hidup, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada 2000. Rata-rata penurunan AKBA pada 1990-an adalah 7% per tahun, lebih tinggi daripada periode sebelumnya, yaitu 4% per tahun. Pada 2000, Indonesia telah melampaui target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup.

Untuk mencapai penurunan AKB di atas, terdapat 4 strategi utama yaitu:
1.    meningkatkan akses pelayanan. kesehatan yang berkualitas,
2.    meningkatkan pemberdayaan masyarakat
3.    meningkatkan pembiayaan kesehatan masyarakat.
4.    Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan

Sebenarnya sejak dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal profesi untuk membantu persalinan, yaitu dukun beranak. Dukun beranak bisa dijadikan mitra bidan dalam menangani persalinan. Yang diperlukan adalah melatih agar dukun-dukun beranak itu menjadi tahu perkembangan modern penanganan persalinan. Tenaga-tenaga medis itu sangat diperlukan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan penurunan angka fertilitas (TFR) serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat, salah satu upaya pemerintah adalah pendekatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB kepada masyarakat melalui penempatan-penempatan bidan di kota dan di desa. Bidan merupakan tenaga profesional yang dididik dan disiapkan untuk pelayanan kebidanan, kesehatan bayi dan anak serta keluarga berencana.


Untuk mencapai sukses yang diharapkan perlu dilakukan sekmentasi yang teliti. Prioritas sasaran perlu diberikan kepada setiap daerah untuk pegangan sebagai daerah konsentrasi. Sasaran pokok yang harus diambil dari peta sasaran itu adalah ibu-ibu yang tinggal didaerah sebagai berikut :
·         Daerah padat penduduk dengan tingkat kelahiran yang tinggi
·         Daerah miskin padat penduduk
·         Daerah padat pasangan usia subur muda
·         Daerah dengan tempat dan fasilitas pelayanan rendah
·         Daerah padat dengan sdm dalam bidang medis yang rendah
·         Daerah padat dengan komitmen yang rendah
Pendekatan sasaran itu harus menghasilkan suatu upaya dengan komitmen dan perhatian
yang berkelanjutan.

·         Meningkatkan Taraf hidup sehat

Hidup sehat ѕааt іnі tіdаk hаnуа ѕеbаgаі kebutuhan, tеtарі tеlаh mеnјаdі gaya hidup. Kіtа tahu, kesehatan adalah ѕаlаh satu faktor penting dаlаm hidup manusia. Ancaman penyakit kritis уаng semakin besar dаn biaya kesehatan уаng semakin melambung аkhіr-аkhіr іnі menegaskan pentingnya pola hidup sehat уаng harus kіtа jalankan. Pola hidup sehat seakan tіdаk bisa ditawar lagi.
Fakta menurut 2011 Global Medical Trends Survey Report dаrі Tower Watson menyatakan bаhwа biaya kesehatan mengalami kenaikan antara 10 persen – 13 persen ѕеtіар tаhυn dаlаm dua tаhυn terakhir.
Pola Hidup Sehat dapat dimulai dеngаn menghindari stress dаn selalu berpikir positif. Pola hidup tersebut setidaknya dapat mengantisipasi dаn melindungi kіtа dаrі risiko kesehatan уаng mυngkіn timbul. Hidup Sehat ѕеbаgаі gaya hidup sangat ditentukan οlеh cara pandang, tυјυаn ѕеrtа keinginan ѕеtіар individu
                              
Khusus dі Indonesia, survei уаng dilakukan tеrhаdар 750 οrаng dewasa раdа usia 18-65 tаhυn. kontribusi pola hidup sehat sangat dipengaruhi οlеh 1) Pikiran уаng gembira, 2) Hubungan keluarga уаng baik, 3) Makan makanan sehat dаn 4) Olahraga ѕесаrа teratur.
anak-ibu.jpgDаlаm kaitan dеngаn kebiasaan hidup sehat, pola уаng selama іnі ada υntυk hidup sehat masih berkisar seputar ”bаnуаk minum air putih” dаn ”makan lebih bаnуаk buah dаn sayur”. Olеh kаrеnа іtυ, diperlukan upaya -upaya уаng lebih nyata υntυk meningkatkan taraf hidup sehat іnі,adapun hal-hal yang harus di lakukan dalam meningkatkan taraf hidup sehat adalah :
1.    Berpola pikir yang sehat.
2.    Menjalin hubungan social yang baik itu dalam keluarga maupun dengan masyarakat pada umumnya.
3.    Mengkomsumsi makanan secara teratur,bersih,proporsional dan sesuai standar kesehatan yaitu 4 sehat 5 sempurna.
4.    Olahraga secara rutin dan teratur.
5.    Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar
6.    Tidak mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk tidak di konsumsi.
7.    Selalu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan baik itu untuk diri sendiri,istri (bagi para suami), dan anak (bagi para orang tua)