@bangkuta socius

Kamis, 01 Desember 2011

METODE (lanjutan sosiologi sebagai ilmu)

Manusia << Masyarakat

Namun apa bisa kita menggambarkan manusia dalam komputasi dengan berbekalkan kemampuan kita menangkap dinamika hewan seperti burung? Bukankah manusia lebih tinggi derajat kebebasannya? Manusia 'kan mengenal politik, ekonomi, uang, budaya, mode, hiburan, dan seterusnya yang rumitnya amit-amit jika dibandingkan dengan sekadar burung yang berusaha bergerak maju dan menghindari obyek yang menghalanginya terbang? Apa ini tak terlalu naif?
Kehidupan sosial manusia sangat kompleks. Namun kompleksitas sosial tersebut bersifat sintaktik, karena kompleksitasnya berasal dari ribetnya interaksi-interaksi di antara individu-individu dan perilakunya di dalam masyarakat tersebut. Semua individu memiliki konsep diri: "aku", "saya", dan interaksi mereka sangat bersesuaian dengan pola sosial yang mereka lihat: "mereka", "dia", "beliau", dan seterusnya. Pun lagi, keputusan manusia sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengakuisisi informasi sedemikian sehingga ia dapat berinteraksi dengan banyak obyek yang bukan manusia seperti: "buku", "komputer", "jam", dan sebagainya.
Kebanyakan sosiolog konvensional mungkin akan berkomentar seperti ini, "ah, pandangan ini terlalu behavioristik....". Behavioristik maksudnya adalah melihat individu manusia sangat terbatas pada perilaku yang berdasarkan responnya terhadap stimulasi dari lingkungannya. Namun sebagaimana kita ketahui, keutuhan memandang manusia secara individu memang hampir tak mungkin dilakukan tatkala kita berbicara soal budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Keutuhan manusia individu hanya bisa dilakukan dengan melihat individu tersebut secara sempurna, kesendiriannya dalam keputusannya, kemampuan persepsi inderawinya, jalannya rangsang saraf ke otak, neuron-neuronnya, dan seterusnya - namun diskusi seperti ini bukan sosiologi tempatnya. SOSIOLOGI adalah ilmu tentang kehidupan MASYARAKAT. Kita memperhatikan individu sejauh kemampuan kontributifnya dalam mempengaruhi DINAMIKA masyarakat. Masih terkesan behavioristik?
Guru besar ilmu politik Michigan University, Robert Axelrod, menyarankan bahwa dalam konstruksi sistem sosial berbasis komputasi, harus memegang teguh slogan:
KISS = KEEP IT SIMPLE, STUPID!
artinya, jangan pernah berharap berharap mengkonstruksi sistem sosial masyarakat secara UTUH menyeluruh, secara keseluruhan! Aspek sosial yang hendak dikonstruksi teorinya harus benar-benar memperhatikan ASPEK apa yang hendak dilihat, yang nantinya dibagi-bagi dalam perspektif beberapa SUB-ASPEK, dan seterusnya. Kita harus sadar bahwa kemampuan peneliti sosial sangat terbatas pada beberapa aspek saja. Tidak ada teoretisi sosial yang akan pernah benar-benar mampu memahami sistem sosial sebenar-benarnya di segala tempat dan penjuru.
...harus diingat bahwa fenomena sosial yang kita amati adalah bentuk akumulasi dari interaksi masyarakat, baik itu struktur, perubahan sosial, pola dan tren, perjuangan kelas sosial, budaya, hegemoni, dan seterusnya.
Slogan KISS menunjukkan bahwa kita harus memulai hal yang sangat SEDERHANA di tingkat mikro/agen dan melihat bagaimana pola sederhana ini menghasilkan kompleksitas sintaksis pada level sosial dan masyarakatnya. Itulah sebabnya sangat dimungkinkan terdapat berbagai macam konstruksi teori sosial nantinya dengan metode ini, karena peneliti sosial tentu akan mengkonstruksi teori sosial dari ATURAN SEDERHANA atas ASPEK SOSIAL yang berbeda dan atas TEMPAT/LOKASI di mana masyarakatnya tersebut hidup.
Ini dikenal dengan sebutan: ilmu sosial yang bersifat SPASIO-TEMPORAL! Karena wajah sosiologi akan sangat berbeda di pemilihan/voting, di pasar bursa saham, di pasar tradisional, di tempat ibadah, di kampung, di kota, termasuk di Indonesia, di Amerika, Jepang, Ghana, dan seterusnya. Inilah mengapa kehadiran analisis sosiologi kontemporer merupakan bentuk pendamaian sosiologi TOP-DOWN dan sosiologi BOTTOM-UP! Ini adalah fundamen dasar sosiologi komputasional dari bawah ke atas, sebagaimana pertama kali distrukturkan oleh analis sosial dari The Brookings Institute, Robert Axtell dan Joshua Epstein.
METODE: Jenis-jenis kebrojolan sosial
Pada dasarnya ada dua pola membrojol yang ada dalam sistem sosial yang dianalisis dengan model komputasional, yaitu:
--> Struktur Membrojol
Struktur membrojol adalah struktur sosial yang ditemukan setelah konstruksi simulasi komputasi. Bagaimana terjadinya perolehan suara partai-partai, bagaimana terjadinya pembagian kelas sosial ekonomi, bagaimana terjadinya segregasi ras atau suku pada sekelompok masyarakat yang heterogen, dan seterusnya.
--> Keteraturan Membrojol
Sifat ini diperoleh setelah simulasi komputasional yang menghasilkan pola homogen dari sebuah struktur sosial yang mungkin bersifat acak. Misalnya, bagaimana munculnya kerja sama dari individu-individu yang saling egois, persebaran gosip dan rumor di antara masyarakat, pola epidemik penyakit, dan seterusnya.
METODE: antara model, teori, dan data
Konsep KEBROJOLAN, merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sosiologi dalam rangka menyatukan semua pecahan-pecahan teori sosiologi yang ada selama perkembangan sosiologi. Melalui konsep ini, diharapkan apa yang tadinya spekulatif menjadi teruji keberadaannya. Simulasi sosial secara komputasional dalam hal ini merupakan sebuah bentuk upaya untuk memperdamaikan metode, teori dan data yang selama ini cenderung terpisah dalam sosiologi, di samping memberi kita peluang untuk memperketat konstruksi teori sosial yang ada.
Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan yang BOTTOM-UP, karena kita melihat perubahan global dari sistem sosial dari interaksi yang menyebabkan terjadinya sifat-sifat global tersebut, yaitu interaksi di antara individu penyusun masyarakat tersebut. Pendekatan sebelumnya, yang sekadar mendeteksi kondisi global berdasarkan asumsi atas bagian obyek yang hendak didekati dikenal dengan sebutan metode TOP-DOWN.
Contoh sederhana adalah hal yang sering terjadi dalam persebaran mode pakaian atau naik-turunnya harga sebuah komoditas. Pendekatan TOP-DOWN cenderung melihat tren pakaian yang terjadi dan perubahan yang ada, dan berusaha untuk melihat alasan mengapa terjadi perubahan mode pakaian. Spekulasi-spekulasi teoretis seperti "sekarang sedang zamannya globalisasi yang mendorong keseragaman dalam mode pakaian", atau "terkikisnya nilai-nilai dan norma", dan seterusnya. Akibatnya sering terjadi perdebatan di sini, padahal spekulasi yang ditawarkan terjadi pada level MIKRO sementara trennya pada level MAKRO. Dalam kasus naik-turunnya harga saham, misalnya. Mengapa harga saham tiba-tiba naik? Spekulasi yang biasa ditawarkan adalah spekulasi di level MIKRO seperti "investor sedang percaya pada bursa". Demikian pula naik turunnya inflasi (LEVEL MAKRO), sering dengan spekulatif dikaitkan dengan pengangguran, dan sebagainya.
Jelas sekali, tren mode pakaian terjadi karena banyak orang yang membeli dan mengenakan sebuah mode pakaian, dan penjelasan seharusnya dibangun dari analisis struktur dan pola yang ada di sekitar pembeli dan pemakai mode tersebut dan interaksi di antara merek. Harga saham sangat bergantung pada interaksi antar investor, apalagi variabel ekonomi serumit inflasi.
Kebrojolan dari pola yang sangat sederhana di level MIKRO menjadi perihal/perubahan yang rumit di level MAKRO merupakan inti dari konstruksi teoretis dari sosiologi komputasional. Hingga hari ini, berbagai verifikasi teoretis dibangun berdasarkan teori sosiologi terdahulu mulai dari teori konflik, interaksionisme, dan seterusnya. Menarik, karena sosiologi ternyata memang tak seumum sebelumnya. Ada beberapa hal yang menjadi berbeda di tiap daerah penelitian karena memang kita menganalisis struktur sosial/kolektif berdasarkan interaksi di level mikro dari sistem sosial tersebut.
Secara ringkas hal ini digambarkan dalam diagram di bawah ini, fenomena sosial A yang berubah menjadi fenomena B, pada dasarnya diakibatkan terjadinya perubahan pola interaksi level mikro A1 --> B1, A2 --> B2, dan seterusnya.
Ini menjadi tantangan bagi kita di masa yang akan datang. Sosiologi yang berbasis ke-Indonesiaan untuk menjawab tantangan-tantangan sosiologis di tanah air.



0 komentar:

Posting Komentar